Kenangan Bernama Bara
Namanya Kirana, orang-orang menyebutnya Rana. Hampir satu jam sudah ia menunggu di halte itu. Sunyi. Hanya ada bunyi klakson dan langit yang mulai meredup meninggalkan jingga yang perlahan pergi. Hari berikutnya, masih sama, ia masih saja menunggu di halte itu. Rana bilang, itu halte kesukaannya. Aku masih ingat suaranya. Suaranya khas. Tidak nyaring memang, tapi aku suka. Rana, dia gadisku saat usiaku 22 tahun. Pacar pertamaku. Dia gadis manis yang membuat aku tahu bahwa aku perlu memperjuangkan sesuatu yang berharga. Sayang, manusia hanya menerka, keyakinan terkadang berbanding terbalik dengan kenyataan. Hari itu, saat usiaku 27 tahun dan Rana 25 tahun. Tepat pada hari jadi tahun kelima kami. Aku pergi ke sebuah Toko perhiasan untuk membelikannya sebuah cincin. Aku ingin bertunangan saja dulu begitu pikirku. Setelah memilih sebuah cincin cantik lalu kuminta untuk dituliskan inisial huruf nama kami R&B. Aku lekas memacu mobilku segera sampai rumah untuk segera mandi d